Bukalapak berhenti jual produk fisik, ini alasan di balik keputusannya



Jakarta (ANTARA) – Bukalapak membuat keputusan mengejutkan dengan menghentikan penjualan produk fisik atau layanan marketplace di platformnya, mulai Januari 2025 secara bertahap hingga Februari mendatang.

Langkah ini menjadi sorotan publik, terutama karena Bukalapak selama ini dikenal sebagai salah satu pionir e-commerce terbesar di Indonesia. Bukalapak memutuskan untuk mengalihkan fokusnya ke penjualan produk virtual, seperti token listrik, pulsa, paket data, dan berbagai layanan sejenis lainnya.

Menurut pihak manajemen, langkah ini merupakan bagian dari transformasi strategis yang bertujuan untuk memperkuat fokus pada produk virtual guna memenuhi kebutuhan pengguna secara lebih efektif.

Baca juga: Bukalapak ganti skema bisnis, fokus berjualan produk virtual

“Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan manajemen melalui website blog Bukalapak, Rabu (08/01).

Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan diri dengan tren pasar yang semakin mengarah pada digitalisasi, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih praktis dan relevan bagi pelanggan di era serba cepat ini.

Jadi, apa sebenarnya alasan di balik keputusan e-commerce ini menghentikan layanan penjualan produk fisik? Dan bagaimana kondisi pemesanan produk saat ini, apakah konsumen masih memiliki kesempatan untuk memesan produk di marketplace? Berikut penjelasannya, melansir berbagai sumber.

Baca juga: Bukalapak tidak tutup, ini layanan virtual yang jadi fokus perusahaan

Alasan Bukalapak menghentikan penjualan produk fisik

Bukalapak mengatakan, pihaknya menyetop penjualan produk fisik mulai Januari 2025 untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Menurut Head of Media and Communications Bukalapak, Dimas Bayu, langkah ini diambil untuk memperkokoh posisi perusahaan dalam ekosistem produk virtual sekaligus menghadirkan layanan terbaik bagi pengguna di era digital.

Langkah ini sejalan dengan visi Bukalapak untuk membangun ekonomi berbasis teknologi yang mampu menciptakan peluang bagi semua orang untuk tumbuh dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang semakin menekankan pada kecepatan serta efisiensi dalam transaksi digital.

Langkah yang akan diambil Bukalapak setelah menghentikan penjualan produk fisik adalah menonaktifkan fitur menambahkan barang mulai Sabtu (01/02). Kebijakan ini akan menyebabkan para pelapak atau penjual di Bukalapak tidak dapat lagi menambahkan produk baru.

Meskipun kebijakan tersebut berdampak pada pelapak, Bukalapak telah berkomitmen untuk memastikan proses transisi berjalan lancar dan terus beroperasi pada layanan produk virtual dan akan terus fokus pada pertumbuhan serta memberikan manfaat bagi pemegang saham.

Baca juga: Analis sebut pasar respons negatif Bukalapak tutup lapak ‘marketplace’

Kondisi pemesanan produk di marketplace saat ini

Konsumen atau pengguna yang ingin memesan produk fisik di Bukalapak masih memiliki kesempatan hingga Kamis, 9 Februari 2025, pukul 23.49 WIB.

Beberapa kategori produk fisik yang masih bisa dipesan mencakup aksesoris rumah, elektronik, fashion untuk anak, pria, dan wanita, makanan dan permainan, ponsel, perlengkapan industri, kamera, produk kesehatan, hingga komputer.

Selanjutnya, mulai 1 Februari 2025, Bukalapak akan menonaktifkan fitur untuk mengunggah produk baru. Hal ini berarti para pelapak tidak lagi bisa menambahkan produk baru setelah tanggal tersebut.

Bukalapak juga menyarankan agar pelapak menyelesaikan pengelolaan pesanan yang ada sebelum operasional marketplace berakhir, guna menghindari pembatalan otomatis pesanan yang belum diproses.

Perusahaan juga menegaskan bahwa semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23.59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem.

Baca juga: Bukalapak alihkan fokus dari penjualan produk fisik ke layanan virtual

Baca juga: Bukalapak setop layanan produk fisik, apa nasib pesanan belum selesai?

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *