Berita  

Arkeolog Museum Balumbung Gali Potensi Cagar Budaya di Jatisari Situbondo – BeritaNasional.ID


BeritaNasional.id, SITUBONDO JATIM – Kecagarbudayaan di Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa , Kabupaten Situbondo tampaknya berpotensi untuk digali lebih dalam. Arkeolog Museum Balumbung Abhiseka Naufal MH mengobservasi detail temuan ODCB (Objek Diduga Cagar Budaya) Struktur Batu Berelief Bhandusa yang terletak di Dusun Bhandhusa desa setempat, Minggu (6/10/2024).

Kronologi temuan objek tersebut diawali pada tahun 2016 ketika dua orang aktivis cagar budaya lokal menelusuri dusun tersebut. Tanpa sengaja, di pinggir jalan dusun terlihat lubang batu. Ternyata, lubang batu itu tertata di sejumlah titik. Saat diselidiki hingga ke pinggir tebing terlihat ada ornamen serupa kolom yang memanjang 13, 5 meter dengan ketinggian tebing keseluruhan mencapai 4,5 meter.

Naufal mengatakan bahwa keberadaan struktur batu berelief dengan jumlah kolom semu kurang lebih sebanyak 43 itu tidak disadari oleh masyarakat setempat.

“Dikira itu hanya batu cadas biasa. Tapi warga setempat menyebut tebing cadas itu dengan kata: tabingan,” kata Naufal.

Objek dengan orientasi hadap tebing ke Gunung Baluran, dimungkinkan ada hubungannya dengan ritus pemujaan.

“Tebing yang berornamen ini tinggalan kebudayaan megalitik karena asosiasinya dengan keberadaan lubang batu di atasnya. Kita ukur jarak dari sisi selatan ornamen ke dua lubang batu sekitar 12,5 meter. Lalu ke lubang batu di sebelah selatannya berjarak sekitar 11 meter,” ungkap Naufal.

Pihaknya menyatakan akan terus mendalami sejumlah temuan yang secara kontekstual dapat diduga berasosiasi, semisal tempayan batu di dusun tersebut yang sebarannya bukan hanya satu-dua titik.

“Kami tak bisa hanya sekali dua kali untuk terus melakukan penelusuran di sini. Hingga nantinya dicapai benang merah dengan situs lainnya,” ucap alumni Universitas Udayana Bali itu.

Sulatip (58) pemilik lahan berharap akan ada tindak lanjut atas temuan yang membikin dirinya serta keluarganya terhenyak.

“Kami tak menyangka ada peninggalan sejarah semacam itu yang katanya sudah ada sebelum zaman kerajaan. Kami pikir itu tebing batu biasa. Harapan kami, pemerintah segera turun tangan agar tempat ini jadi wisata. Tentu kami selaku pemilik lahan akan sambut itu, dengan senang hati,” harap Sulatip.



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *